CERSEX MAYA POLOS 7 TAUN
Maya jarang sekali pakai celana dalam. Dia selalu hanya mengenakan daster atau rok saja dan dengan leluasanya kalau dia bermain di rumah. Baik di dalam maupun di luar rumah. Kadang-kadang kalau dia main di luar rumah ngongkong sesukanya sehingga memeknya sering mudah terlihat.
Teman-teman sebayanya beberapa memang ada juga yang tidak pakai celana dalam. Maklum anak kampung yang jauh dari kota, mereka terbiasa begitu dan orang tua mereka tidak melarang. Anak seusia 7 tahunan seperti si Maya ini memang kayaknya belum punya malu.
Dia juga masih sering minta dimandikan olehku. Sejak kecil sejak dititipkan orang tuanya kira-kira setahun lalu saat dia belum masuk SD dia sudah terbiasa aku mandikan, karena akulah yang bisa melakukan. Ibuku sudah terlalu tua dan tubuhnya mudah lelah.
Maya juga manja padaku karena sering aku beri uang jajan dan sering pula minta aku jajanin di warung. Aku di usia 25 tahunan sudah bekerja sebagai pedagang perantara. Aku mencari sayur-sayur dan buah-buahan di desa ku untuk ku jual ke pedagang pengepul yang datang dua kali seminggu. Lumayanlah pendapatanku, untuk ukuran desa. Dan yang lebih penting aku selalu mendapat uang tunai.
Itu sebabnya aku bisa sering-sering menjajani Maya. Sementara itu untuk menikah aku masih pikir-pikir. Masalah utama yang menjadi pertimbanganku adalah menjaga ibuku yang sudah tua dan sering sakit-sakitan. Jika aku punya istri, belum tentu istriku rela aku merawat ibuku. Itulah kekuatiranku.
Soal kebutuhan sex, di kampung tidak terlalu sulit banyak janda-janda gatal dan gadis-gadis yang menginginkan uang jajan yang mau aku ajak gituan. Malah aku sering menolak ajakan mereka, karena bosan.
Aku tidak punya pacar karena kalau aku punya pacar aku kurang bebas bergaul dengan perempuan-perempuan di desaku. Banyak sih yang berminat aku pacari, tetapi aku menolak secara halus. Ngapain pacaran segala, toh sex dengan mudah bisa kudapat dan bisa aku pilih sesuai dengan seleraku.
Aku di rumah yang sederhana hanya tinggal bertiga. Ibu Maya mencari nafkah di kota entah bekerja apa. Mungkin gajinya gak seberapa, jadi tidak setiap bulan dia mampu kirim uang. Praktis biaya rumah tangga aku semua yang nanggung. Ayah Maya tidak jelas rimbanya. Sejak Maya umur 3 tahun si Kusno pergi begitu saja meninggalkan tanggung jawabnya.
Kupikir itulah risiko kalau kawin terlalu muda. Kusno pada waktu itu baru berumur 18 tahun sedang Tini kakakku baru 16 tahun ketika mereka kawin. Umuran mereka itu belum matang sehingga mengambil keputusan suka semaunya saja.
Aku jadi ketiban beban mengurus Maya anak mereka. Tapi gak apa lah, aku suka dengan anak-anak. Ibuku tidak banyak bisa mengurus Maya, karena kesehatan nya kurang baik. Dia lebih banyak tiduran saja. Masak juga ala kadarnya. Ibuku berumur 60 tahun, sejak ditinggal ayahku yang meninggal karena sakit 5 tahun lalu. Kesehatan ibu agak mundur. Dia sangat merasa kehilangan.
Kami bukan orang berada di kampung. Rumahku meski sudah berdinding tembok, isinya ala kadarnya saja. Barang berharga di rumahku hanya TV 20 inch dan sepeda motorku yang usianya sudah 10 tahun. Lumayanlah lah honda matic gak terlalu sering rusak, karena aku rajin merawatnya. Televisi satu-satunya hiburan. Setelah maghrib kampungku sepi. Orang berlalu lalang sudah jarang.
Udara di kampungku cukup sejuk. Biasanya sehabis magrhrib kami makan bersama-sama di ruang tengah yang merupakan ruang keluarga sekaligus ruang tamu. Di rumah ini hanya ada 2 kamar, satu ditempati ibuku yang biasanya Maya sering bersama tidur dengan neneknya dan yang satu lagi kamarku.
Aku paling betah nonton TV. Maya sering menemaniku menonton TV. Kalau dia nimbrung, aku terpaksa mengalah dengan chanel pilihannya. Jika menonton TV, Maya lebih suka duduk di pangkuanku.
Akhir-akhir ini dia sering menggerak-gerakkan pantatnya yang kebetulan nempel tempat diatas kemaluanku. Aku kalau malam nonton TV hanya mengenakan sarung tanpa celana di dalamnya. Rasanya memang lebih leluasa.
Jadinya pantat atau memek Maya yang menekan kemaluanku hanya dibatasi kain sarung. Jika dia menggeser-geserkan pantatnya, lama-lama burungku bangun . Jika mengeras kelihatannya Maya lebih suka karena dia terus-terusan menggoyang-goyangkan pantatnya meski pelan.
Awalnya aku diamkan saja, karena berpikir Maya memang tergolong anak yang lasak, alias gak bisa diam. Posisinya duduk di pangkuanku duduk diantara kedua pahaku. Sebab kalau dia duduk di atas pahaku, tulang pantatnya terasa tajam dan lama-lama menyakitkan.
Dia jadinya duduk di atas kemaluanku yang seringkali menjadi tegang, kalau digeser-geser sama pantatnya. Aku bukannya terangsang, tetapi kontolku jadi bangun karena selalu ditekan-tekan. Beberapa kali aku minta dia diam saja duduk dipangkuan. Dia turuti tapi cuma sebentar. Selanjutnya dia kembali bergerak-gerak.
Lama-lama aku perhatikan gerakannya kok maju mundur seperti gerakan orang bersetubuh. Ini jadi malah memacu birahiku menjadi semakin tinggi.
Aku selalu berdua saja menonton TV. Ibuku memilih istirahat di kamar. Jarang dia keluar ikut nonton. Jadi aku leluasa memangku Maya.Seandainya Ibuku memergoki, dia kelihatannya juga tidak curiga, karena Maya biasa bermanja-manja.
Meski Maya baru berumur 7 tahun dan masih tergolong kanak-kanak, tetapi gerakannya menimbulkan rangsangan yang tidak tertahankan. Sampai pada suatu hari aku iseng memadukan penisku ke memeknya.
Maya kuminta diam saja sementara aku mengarahkan penisku ke belahan memeknya. Dia menurut saja dan nyengir-nyengir, geli katanya ketika ujung penisku menyentuh belahan memeknya. Dia kuminta diam saja jangan bergerak sementara aku menggeser-geser penisku ke belahan memeknya.
Aku tidak bermaksud memasukkan kontolku ke vaginanya, karena aku rasa kontolku yang panjangnya 14 cm dan besar tidak mungkin bisa masuk ke lubang vaginanya yang masih sangat kecil.
Aku menggeser-geser menimbulkan rasa nikmat juga. Dari keadaan kering, lama-lama terasa agak licin. Mungkin karena ujung penisku mengeluarkan lendir dan mungkin juga memeknya berlendir karena terangsang.
Aku bermain seperti itu sampai akhirnya aku muncrat dan menyembur mengenai memeknya dan sarungku. Kalau sudah keluar rasanya puas. Mulanya Maya heran dengan cairan hangat yang nyemprot ke memeknya. Setelah kujelaskan bahwa semprotan itu menandakan aku merasa nikmat dan puas.
Entah dia ngerti maksudnya puas, entah tidak, tetapi dia tidak tanya lebih lanjut. Kalau sudah gitu. Permainan kami akhiri dan aku bersama Maya ke kamar mandi di belakang dekat dapur mencuci kemaluan kami masing-masing. Maya terbiasa melihat kontolku karena kami biasa mandi bersama ketika pagi dan sore memandikannya.
Sama sekali aku tidak ngaceng saat memandikan dia selama ini. Mindset aku, dia adalah keponakanku yang masih kanak-kanak, tidak ada tetek dan memeknya juga masih polos. Jadi belum ada yang menarik untuk dilihat.
Jika aku sudah nyemprot biasanya mataku ngantuk lalu aku, ajak dia tidur. Entah mengapa Maya akhir-akhir ini lebih memilih tidur bersamaku di kasur yang aku gelar dibawah dan ukurannya hanya untuk satu orang. Jadinya kami selalu berhimpitan jika tidur.
Maya paling senang jika aku peluk seperti guling jika tidur. Udara dingin jadi alasan bagi Maya untuk minta dipeluk.
Awalnya aku peluk biasa saja tanpa ada keinginan macam-macam. Namun sejak aku sering berejakulasi karena memangkunya aku jadi suka meremas-remas memeknya. Maya tidak pernah protes. Malah dia senang jika aku remas-remas dan kadang-kadang jari tengahku kugesek-gesekkan ke belahan memeknya.
Anak seusia 7 tahun jika memeknya di gesek-gesek, lama-lama terasa ada lendirnya juga. Jika licin aku makin senang menggesek-gesek, terutama di bagian itilnya. Maya menggelinjang gelinjang yang awalnya dia mengeluh geli, tetapi jika aku berhenti dia minta diteruskan. Biasanya permainan itu berakhir dengan tubuhnya mengejang-ngejang. Jika sudah begitu aku tidak boleh menyentuh memeknya, ngilu katanya.
Akhirnya aku pun tidur. Hampir setiap malam kami melakukan seperti itu. Jika aku lagi malas , Maya malah minta di gesek-gesek. Kata dia kalau belum digesek-gesek dia belum bisa tidur.
Dari keseringan menggesek dan memainkan penisku ketika memangkunya, kemudian aku penasaran ingin mencolokkan jariku ke lubang memeknya. Sebelumnya aku memotong kuku jari-jariku sependek mungkin agar tidak melukai dan membersihkan tanganku dengan mencuci pakai sabun.
Awalnya cuma bisa masuk seruas jari telunjuk. Aku tidak teruskan karena Maya menahan tanganku agar tidak masuk lagi. Dia merasa perih. Aku turuti saja maunya, memeknya yang berlendir sudah cukup menyenangkan bagiku.
Beberapa kali masuk seruas jari, sampai dia tidak lagi merasa sakit, lalu aku colok lagi dengan memutar-mutar sehingga masuk lebih dalam dan rasanya masuk juga dua ruas jari telunjuk. Sampai di situ tangannya manahanku lagi, karena memeknya terasa perih.
Lumayan juga anak 7 tahun memeknya bisa dimasuki jari dua ruas. Menurutku itu sudah luar biasa karena lubang vaginanya masih rapat sekali. Aku kocok-kocok, kelihatannya dia suka dengan gerakan jari di memeknya. Maya bisa orgasme juga kelihatannya karena tubuhnya kalau orgasme jadi tegang dan kaku seperti orang kejang.
Perlu waktu 2 bulan sampai akhirnya semua jari telunjukku bisa masuk. Tiga ruas jariku bisa terbenam seluruhnya. Enak juga mengocok-ngocok memeknya pakai jariku, karena Maya bisa sampai melenguh-lenguh
Setelah jari telunjuk lancar maju mundur di memeknya maka aku ganti dengan jari tengah. Agak susah awalnya, tetapi dengan bantuan pelicin ludah, jari tengahku bisa masuk semua. Di dalam aku korek-korek dan Maya mengerang-ngerang seperti orang merasakan nikmatnya ngentot.
Sudah sekitar 3 bulan aku berhasil memasukkan jari tengahku dengan lancar. Aku tidak tahu apakah dalam proses aku memasukkan jariku itu memeknya berdarah apa tidak, karena kamar selalu dalam keadaan gelap.
Aku yakin selaput daranya sudah jebol oleh jariku. Vagina kecilnya dimasuki jari sepanjang 7,5 cm dan dikorek-korek di dalamnya pasti sudah jebol. Aku ingat dia sempat nangis karena memeknya perih, kalau gak salah proses jariku masuk dua ruas. Waktu itu 3 hari dia tidak mau disentuh. Setelah itu malah dia minta lagi, katanya di dalam memeknya gatal, kalau dimasuki jari gatalnya hilang jadi enak.
Sejauh ini aku belum berpikir untuk memasukkan kontolku ke memeknya. Keinginanku hanya menjilati memeknya terutama itilnya. Sebelum tidur dan aku korek-korek, selalu aku minta dia membersihkan memeknya dengan sabun. Kalau tidak dibersihkan bau memeknya agak pesing jadi mengurangi selera.
Setelah dia mengejang karena kocokan jariku. Aku membujuknya untuk boleh kujilati. Awalnya Maya heran, kenapa kemaluan buat kencing kok malah dijilati. Aku katakan, coba saja rasakan nanti rasanya lebih enak dari pada ditusuk pakai jari. Karena iming-iming lebih enak itu, dia mau mengangkang dan membiarkan memek kecilnya aku jilati.
Awalnya Maya bukan terangsang malah ketawa cekikikan, karena memeknya geli. Aku terpaksa merangsang itilnya dulu dengan jariku sampai dia mengerang baru aku beroperasi dengan mulut. Pantatnya melonjak-lonjak setiap sapuan lidahku mengenai itilnya. Sambil menjilati itilnya aku masukkan jari tengahku dan mengocoknya. Maya mengerang lebih keras sampai kututup bantal mulutnya agar tidak terdengar ibuku.
Ketika orgasme badannya kejang dan memeknya berkedut-kedut. Setelah beberapa hari mungkin ada sekitar 2 minggu terbiasa aku oral, aku penasaran ingin memasukkan jari tengah dan jari telunjukku ke lubang memeknya.
Awalnya agak susah. Dengan sedikit agak maksa dan Maya mengeluh memeknya perih, aku coba terus menusuk-nusuk sambil gerakan mengocok. Mulanya bisa masuk satu jari. Setelah itu dua jari bisa masuk. Akhirnya dengan kesabaranku bisa masuk dua jari. Lubangnya terasa sangat ketat.
Aku kocok pelan-pelan karena lubang ketat. Awalnya agak susah, dengan bantuan ludah untuk melumasi, lumayan bisa lebih licin. Setelah lancar di kocok Maya mengerang karena merasakan nikmatnya.
Sekitar 5 menit kemudian dia meraih bantal lalu menjerit sekuatnya dibalik bantal. Terasa memeknya banjir oleh cairan agak kental dan jariku terasa dijepit-jepit dengan irama berkali-kali. Kata dia kemudian bahwa tusukan jari dengan cara ini memberi kenikmatan luar biasa sampai seluruh tubuhnya terasa lemas.
Aku menyudahi permainan itu. Aku bangkit untuk mencuci tanganku, tetapi Maya ingin besok saja mencuci memeknya karena dia merasa lemas dan ngantuk sekali. Sekembali aku dari kamar mandi dia sudah tertidur dengan pulas.
Acara memasukkan dua jari menjadi menu tambahan yang wajib. Dia tidak mau lagi dikocok dengan memasukan satu jari, tetapi langsung minta dikocok dengan dua jari. Kata dia nikmatnya berkali-kali lipat.
Setelah sering dua jariku masuk aku mulai berpikir bahwa lubang memeknya kemungkinan besar bisa aku masukkan kontolku. Lebar kontolku kurang lebih sama dengan lebar dua jari. Penasaran, suatu malam aku katakan bahwa aku ingin mencoba memasukkan kontollku ke memeknya.
Maya sama sekali tidak menolak. Dia kangkangkan kakinya selebar mungkin dan dilipat ke atas. Penisku aku lumuri ludah lalu aku tusukkan ke lubang vaginanya. Beberapa kali meleset sampai akhirnya kepala kontolku bisa masuk tanpa hambatan.
Aku tanya sampai kepala kontolku terbenam apakah terasa sakit. Maya menggelengkan kepala. Aku jadi berani menekan lebih kuat agar kontolku bisa masuk lagi. Sekitar 10 cm bisa terbenam. Rasanya menjepit sekali dan nikmat. Baru aku goyang sebentar aku sudah tidak tahan dan lepaslah air maniku di dalam memeknya.
Rasanya nikmat luar biasa. Maya mengatakan memeknya di dalam terasa hangat. Aku biarkan saja kontolku masih terbenam. Kontolku tidak langsung lemas, masih agak tegang.
Pelan-pelan aku tarik lalu dorong lagi sampai terasa mentok, lalu tarik lagi. Rasa nikmatnya mulai menjalar mengakibatkan kontolku mengeras lagi. Memeknya sudah licin tetapi masih sangat menjepit. Nikmat luar biasa dan belum pernah aku rasakan sebelum ini nikmatnya memek seperti ini.
Kontolku tidak bisa masuk semua karena terasa mentok. Lumayan lah sekitar 10 cm pun sudah nikmat luar biasa. Sekitar 10 menit aku kocok lama-lama mulai terasa ingin nembak lagi. Menjelang ejakulasi aku tidak sadar menekan sekuatnya sampai Maya menjerit kesakitan, ternyata kontolku masuk semua sampai tubuh kami berhimpitan. Nikmat sekali rasanya melepas air mani di memeknya.
Akibat aku paksa masuk semua dan rasa sakit pada memeknya, Maya tidak mau aku entot selama 4 hari. Dia masih trauma dengan rasa sakit hari itu.
Ya itu hanya 4 hari, sebab setelah itu aku malah dimintanya memasukkan lagi kontolku ke memeknya. Kali itu langsung bisa masuk semua, meski awalnya perlu bantuan pelumas ludah.
Maya tidak lagi merasakan sakit, dia malah mendesis-desis ketika aku pompa. Memeknya makin licin tapi tetap ketat. Rasanya kalau kutarik kontolku, sebagian memeknya ikut keluar lalu aku hunjamkan memeknya bagian dalamnya itu ikut masuk lagi.
Aku tidak peduli dengan orgasmenya karena rasa nikmatnya luar biasa. Aku bisa main 3 kali terus menerus hanya jeda 10 menit setiap ronde. Aku gak tau apakah Maya orgasme apa tidak karena memeknya sangat mencekat.
Hampir setiap malam aku main sampai berkali-kali. Malam bisa 3 ronde dan pagi sekali main lagi 2 ronde. Memeknya makin mudah aku tusuk, tanpa rasa longgar. Aku jadi tidak ingin ngentot dengan perempuan lain karena memek Maya sudah sangat nikmat mana gratis pula dan tersedia setiap saat.
Sejak aku bisa menyetubuhi Maya yang baru berumur antara 7 – 8 tahun, kini aku tertarik untuk mencoba anak-anak perempuan lainnya. Tapi aku tidak berani sembarangan mengajak anak-anak itu, salah-salah dia cerita ke orang lain atau ke orang tuanya, aku bisa masuk penjara.
Dimana ada keinginan di situ ada jalan. Seorang anak perempuan agak lebih besar dari Maya, anak tetangga yang rumahnya gak terlalu jauh, ibunya jadi TKW. Dia memilih menitipkan anaknya di rumahku karena Yati begitu nama anaknya adalah berteman dengan Maya. Di rumahnya sebetulnya masih ada nenek dan kakek yang masih cukup sehat dan mampu merawat Yati. Namun Yati memilih tinggal di rumah ku karena dia sepanjang hari bisa bermain dengan Maya..
Awalnya Maya dan Yati tidur bersama dengan ibuku. Saat tengah malam ketika semua sudah tidur, Maya diam-diam menyelinap masuk ke kamarku minta dipuaskan. Setelah puas dan membersihkan diri dia kembali lagi ke kamar neneknya.
Hampir tiap malam dia selalu menyelinap ke kamarku. Aku sebetulnya agak kuatir, kalau kepergok Yati, bisa berabe. Yati bisa bercerita dengan ibuku dan mungkin juga dengan kakek neneknya atau dengan orang lain.
Namun namanya nafsu, kalau sudah naik, seringkali pertimbangan itu jadi agak lemah. Meski agak ragu tetapi aku tetap juga melampiaskan nafsuku dan nafsu si Maya pada tengah malam.
Maya satu hari bercerita bahwa dia sering memergoki Yati bermasturbasi dengan tangannya menjelang tidur . Kata Maya, Yati secara sembunyi-sembunyi dengan menutup tubuhnya dengan selimut dia melakukan masturbasi.
Maya mengaku memergoki Yati melakukan masturbasi ketika anak itu sedang mendapatkan orgasmenya . Tubuhnya mengejang-ngejang. Akhirnya Yati secara bisik-bisik berterus terang bahwa dia suka melakukan masturbasi. Bahkan Yati mengajari Maya melakukan masturbasi, sementara nenek sedang nyenyak tidur.
Menurut pengakuan Yati, kakeknya sering mengelus-ngelus memeknya bahkan sampai mencolok jarinya masuk ke dalam memeknya. Awalnya sakit tetapi lama-lama malah ketagihan. Kakeknya pernah mencoba memasukkan penisnya ke memek Yati, tetapi selalu tidak berhasil, karena begitu dicoba memasukkan kontol kakeknya sudah menyemprot spermanya.
Yati sebenarnya penasaran ingin juga merasai kontol. Yati bercerita ingin mencoba kontolku dimasukin ke memeknya, tapi dia mengaku tidak berani ngomong ke aku. Sejauh itu Maya masih merahasiakan hubungannya denganku.
Suatu malam Maya mengajak Yati tidur di kamarku. Katanya dia ingin menyampaikan keinginan Yati kepadaku. Malam-malam setelah neneknya tidur, mereka berdua mengendap-endap masuk ke kamarku. Aku yang sudah diberi tahu sebelumnya oleh Maya, menunggu sampai terkantuk-kantuk.
Ketika mereka berdua masuk aku masih belum tidur dengan lampu kumatikan, sehingga kamarku gelap total. Yati dibaringkan di sebelahku, sedang Maya tidur di tikar dekat dengan kasur. Aku merasa tubuh Yati yang sudah mulai dibalut lemak. Mulanya aku rangkul tubuhnya. Yati terasa agak gemetar tubuhnya. Tanganku langsung menuju dadanya yang sudah mulai tumbuh. Tidak terlalu besar, tetapi jika diremas sudah lumayan nikmat.
Kuturunkan dasternya sampai dadanya terbuka lalu aku remas dan pentilnya yang masih kecil terasa mengeras aku pelitintir-pelintir. Yati menggumam mungkin birahinya mulai naik. Pentilnya aku cium dan aku jilati sambil sesekali aku sedot. Dia menggelinjang antara kegelian dan nikmat.
Sambil memainkan teteknya aku raba bagian bawahnya. Dia tidak mengenakan celana dalam. Berarti dia sudah mempersiapkan diri. Memeknya terasa menggunduk tembam dan masih polos tanpa bulu.
Aku raba belahannya sudah mulai berlendir. Tanganku mengelus-elus itilnya yang terasa mulai menonjol. Yati menggelinjang dan mengerang lirih ketika itilnya aku mainkan . aku mengobel itilnya sampai dia mencapai orgasmenya.
Memeknya makin basah dan licin. Jari tengahku ku masukkan ke lubang vaginanya. Tanpa halangan berarti jariku bisa terbenam seluruhnya . Yati mengatakan tidak merasa sakit. Aku penasaran dua jariku kucoba masuk, tetapi sulit karena sempit. Yati juga menahan tanganku karena dia merasa sakit.
Kubuka sarungku lalu kontolku yang sudah mengeras aku lumuri ludah sebanyak-banyaknya. Kucoba memasukkan kepala penisku. Dengan sedikit tekanan, kepala penisku bisa masuk. Aku makin penasaran kucoba menekan lagi setengah penisku bisa masuk. Yati mencengkeram tubuhku karena dia agak takut. Kubisikkan pertanyaan apakah sakit, sepintas kulihat dia menggeleng.
Aku gerakkan penisku maju mundur sambil menekan lebih banyak lagi sampai akhirnya penisku masuk semuanya. Jepitan memeknya kuat sekali. Yati terasa tegang, sehingga dia kuminta santai. Setelah dia rileks baru kuayunkan kontolku maju mundur.
Mulanya Yati kembali tegang, tetapi setelah kumainkan gerakan maju mundur yang halus dan pelan, dia mulai mengikuti irama. Pinggulnya ikut naik turun mengikuti gerakanku. Nikmat sekali memeknya. Sambil menggenjot aku meremasi teteknya yang masih sangat kenyal.
Aku tidak mampu bertahan lama-lama, karenanya kulepaskan spermaku di dalam memeknya. Aku istirahat sebentar sambil mempertahankan kontolku berada di dalam memeknya. Sekitar 10 menit aku mulai menggerakkan lagi maju mundur. Penisku yang belum layu kembali menegang sehingga aku mudah menusuk-nusuk memeknya.
Pada ronde ini Yati mulai merasakan kenikmatan, Dia mengerang tanpa peduli ada Maya di sebelahnya. Aku genjot terus sampai akhirnya dia mengerang panjang. Maya buru-buru menutup bantal ke mulutnya. “ Aduh enak banget dan lemes rasanya,” bisik Yati.
Sebetulnya aku ingin menuntaskan ronde keduaku, tetapi Maya minta jatah. Aku berpindah ke tikar dan langsung menindih Maya. Memeknya sudah basah sehingga aku lebih mudah memasukkan penisku lalu menggenjotnya. Maya mengerang nikmat sampai akhirnya dia pun orgasme. Aku penasaran karena belum juga keluar. Yati yang sudah tertidur aku tindih kembali sambil mencoba memasukkan kontolku ke memeknya.
Tanpa halangan berarti kontolku jeblos semuanya ke memeknya. Yati terbangun karena merasa kemaluannya ditusuk dan dia beberapa saat kemudian kembali mengerang. Aku hajar terus dengan gerakan lebih cepat. Erangan Yati makin keras sehingga maya menutup mulutnya kembali dengan bantal. Saat Yati orgasme terasa cairan hangat membasahi kontolku. Ternyata dia orgasme sambil terkencing-kencing. Aku jadi terangsang sehingga aku embat sampai akupun ejakulasi.
Kasurku basah oleh tumpahan pipis Yati. Kami geli dan tertawa cekikikan. “ Abis aku gak kuat nahan pipis dan rasanya pipisnya enak banget sampai badanku lemes,” katanya.
Malam itu kami bertiga tidur beralas tikar saja sampai paginya Ibuku masuk ke kamar menlihat kami bertiga tidur di tikar. Ibuku bertanya kenapa Yati dan Maya pindah tidur ke tempatku. Mereka beralasan ingin nonton TV.
Hari itu aku dapat pekerjaan ekstra membersihkan kasurku dari pipis si Yati dan menjemurnya. Aku di rumah saja seharian, sedang ibuku katanya mau ke rumah adiknya karena dia dijemput naik motor oleh suami adiknya.
Hari itu kami seharian mengulang permainan sampai badanku lemes. Aku main mungkin 10 ronde sampai menjelang malam. Sementara itu Yati dan Maya entah berapa kali orgasme. Yati jika mencapai puncak kenikmatan dia selalu menyemportkan pipisnya. Kata dia nikmatnya gak ketulungan.
Setelah mahir ngentot aku mengajari kedua anak itu melakukan oral. Kadang-kadang aku malas ngentot, jadi tidur saja telentang, lalu mereka mengoral penisku sampai muncrat.
Yati beberapa kali tidur di rumahnya sendiri bersama kakek dan neneknya. Rupanya dia punya misi, karena dia ingin merasakan entotan kakeknya. Yati bercerita, dia menggoda kakeknya. Pada ronde pertama kakeknya selalu gagal melakukan penetrasi. Yati kemudian mengoral, kata dia cukup lama dia oral kakeknya sampai penisnya agak keras.
Setelah setengah keras dan bisa ditusukkan ke dalam memek, Yatilah yang melakukan gerakan. Lama-lama kontol kakeknya makin mengeras. Permainan kedua itu kata Yati, kakeknya mampu bertahan agak lama. Namun belum sampai Yati orgasme, kakeknya sudah crot duluan. Pernah dia mengulum lagi kontol kakeknya tetapi sulit bangun, karena tetap loyo. Si kakek pun sudah tertidur dan ngorok.
Jika kakeknya menginginkan Yati dia datang menjemput cucunya. Biasanya keadaan rumah mereka sedang tidak ada nenek. Yati menuruti kemauan kakeknya sampai kakeknya tertidur ngorok.
Kalau sudah gitu berikutnya Yati minta aku memuaskan hasrat sexnya sampai dia menjerit-jerit karena orgasmenya. Aku agak khawatir kalau dia orgasme, takutnya suara Yati bisa terdengar sampai keluar rumah.
****
PUBLIKASIKAN.
BalasHapuspublikasikan
BalasHapus